Kamis, 28 Oktober 2010

Peristiwa2 Sejarah Indonesia

BANDUNG LAUTAN API (23 Maret 1946)

Pada tanggal 12 Oktober 1945 tentara Sekutu tiba di kota Bandung.  Saat itu para pemuda dan pejuang di kota Bandung sedang berusaha merebut senjata dari tentara Jepang.  Tetapi Sekutu menuntut agar semua senjata hasil rampasan dari Jepang diserahkan kepada Sekutu,.
Pada tanggal 21 November 1945 sekutu mengeluarkan ultimatum yang berisi “kota Bandung badian utara harus dikosongkan paling lambat tanggal 29 November 1945”.  Ultimatum ini tidak dihiraukan oleh rakyat Bandung.  Oleh karena itu Sekutu mengeluarkan ultimatum kedua pada tanggal 22 Maret 1946 yang berisi “seluruh kota Bandung harus dikosongkan.  Terjadi perbedaan pendapat antara pihak Indonesia di Jakarta yang memerintahkan agar kota Bandung dikosongkan dengan markas tentara Indonesia di Yogyakarta yang memerintahkan agar kota Bandung tidak dikosongkan.
Atas dasar pertimbangan politik dan dan keselamatan rakyat maka pihak Indonesia menuruti ultimatum Sekutu dengan mengungsikan rakyat Bandung ke luar kota.  Keputusan ini diambil melalui musayawah Majelis Persatuan Perjuang Priangan (MP3) di hadapan semua kekuatan perjuangan.  Kolonel Abdul Haris Nasution selaku komandan Divisi III mengumumkan hasil musyawarah tersebut dan memerintahkan untuk meninggalkan kota Bandung.
Tetapi sebelum mengosongkan kota Bandung, pada tanggal 23 Maret 1946 pihak Indonesia membakar kota Bandung bagian selatan.  Tujuannya adalah agar gedung-gedung penting tidak dikuasai pihak Sekutu  Disamping itu karena kekuatan Indonesia tidak akan sanggup melawan pihak musuh yang berkekuatan besar.  Peristiwa tersebut dikenal dengan nama Bandung Lautan Api.  Pahlawan yang gugur dalam pertempuran ini adalah Muhammad Toha.

PERISITIWA BOJONG KOKOSAN DI SUKABUMI (1946)

Dalam sejarah perjuangan Indonesia, Bojong Kokosan terkenal atas peristiwa penyergapan konvoi pasukan Sekutu oleh para pejuang kemerdekaan yang menewaskan puluhan tentara Inggris pada tanggal 9 Desember 1945.
Pada tanggal 9 Desember 1945, serangkaian konvoi militer Inggris yang dikawal oleh beberapa tank jenis Stuart bergerak menuju Bandung.  Di desa Bojong Kokosan, Kecamatan Parung Kuda (Cibadak) konvoi itu dihadang oleh pasukan TKR dan terjadi pertempuran. Dalam pertempuran itu berhasil melumpuhkan 3 buah tank, beberapa truk serta beberapa puluh anggota pasukan Inggris meninggal.  Angkatan Udara Inggris (Royal Air Force) kemudian mengebom beberapa desa di sekitar daerah pertempuran antara lain Kompa dan Cibadak, sehingga rata dengan tanah.  Peristiwa itu menjadi bahan perdebatan di dalam Parlemen Inggris.

PERJANJIAN LINGGARJATI (10 November 1946)

Perjanjian Linggarjati adalah suatu perjanjian yang dilakukan antara pihak Indonesia dengan pihak pemerintah Belanda.  Perjanjian Linggarjati yang berlangsung selama empat hari di desa Linggarjati Cirebon Jawa Barat.
Delegasi dari Indonesia dipimpin oleh Sutan Sjahril sedangkan delegasi Belanda dipimpin oleh H J Van Mook
Hasil perundingan tertuang dalam 17 pasal.  Empat isi pokok dalam perundingan Linggarjati adalah :
1.      Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia yaitu Jawa, Sumatra dan Madura.
2.      Belanda harus meninggalkan wilayah Republik Indonesia paling lambat tanggal 1 Januari 1947.
3.      Pihak Belanda dan Indonesia sepakat membentuk Negara Republik Indonesia Serikat atau RIS.
4.      Dalam bentuk RIS, Indonesia harus tergabung dalam Commonwealth/Uni Indonesia Belanda dengan mahkota negeri Belanda sebagai kepala Uni.
Dengan adanya kesepakatan dalam perjanjian Linggarjati ini, Indonesia mengalami kekalahan selangkah.  Selanjutnya setelah terbentuk RIS pihak Belanda bertindak sewenang-wenang yang merugikan RI.  Kemudian terjadilah agresi militer Belanda I.

PUPUTAN MARGARANA DI DENPASAR – BALI (18 November 1946)

Pertempuran Margarana (Bali) terjadi karena isi perjanjian Linggarjati yang menyatakan bahwa daerah kekuasaan Republik Indonesia yang diakui hanya pulau Jawa, Madura, dan Sumatra sedangkan pulau Bali tidak termasuk daerah kekuasaan Republik Indonesia. 
Belanda kemudian berusaha memberntuk negara boneka (negara di bawah kendali Belanda) di daerah Indonesia bagian timur.  Belanda membujuk Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai agar mau bekerja sama.  Namun I Gusti Ngurah Rai menolaknya.  I Gusti Ngurah Rai justru menyusun kekuatan untuk menghadapi Belanda.
Pada tanggal 18 November 1946 terjadilah pertempuran antara pasukan I Gusti Ngurah Rai dengan pasukan Belanda.  Pasukan I Gusti Ngurah Rai dapat menguasai Tabanan.  Belanda kemudian mengerahkan kekuatan yang ada di Bali dan Lombok.  Dalam pertempuran puputan (habis-habisan) pasukan I Gusti Ngurah Rai dapat dikalahkan.  Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai gugur dalam pertempuran itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar